IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DI MADRASAH
Makalah
Diajukan dan dipresentasikan pada Seminar Mata Kuliah Manajemen Mutu Pendidikan Islam
Program Pascasarjana Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam
UIN Alauddin Makassar
Oleh
A.NURUL IKHSANA
NIM. 80300218021
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA
PENGANTAR
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt. karena berkat rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah (makalah) ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam penulis kirimkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw., keluarga beliau, para sahabat, dan tabi’in yang telah memperjuangkan agama Islam.
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini, penulis mengalami berbagai macam hambatan dan rintangan. Akan tetapi, berkat bantuan dan kerja sama dengan teman-teman, makalah ini dapat terselesaikan, namun masih jauh dari kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hati, penulis sangat menyadari bahwa makalah masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang budiman sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan karya ilmiah selanjutnya. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan wacana keilmuan kita semua, khususnya bagi penulis sendiri dan mahasiswa pada umumnya.
Āmin Yā
Rabb al-‘Ālamin....
Samata,
Desember 2019
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek
kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan dapat dipecahkan dengan upaya
penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain manfaat bagi
kehidupan manusia di satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke
dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam
persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Oleh karena itu, peningkatan
kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara
terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan,
kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi
tersebut.
Berbicara
mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran yang sangat
penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan
kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses
peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya
proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah bersama
kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut
melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara
lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi,
perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta
pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Tetapi pada kenyataannya
upaya pemerintah tersebut belum cukup berarti dalam meningkatkan kuailtas
pendidikan. Salah satu indikator kekurang berhasilan ini ditunjukkan antara
lain dengan hasil ujian nasional siswa untuk berbagai bidang studi pada jenjang
SLTP dan SLTA yang tidak memperlihatkan kenaikan yang berarti bahkan boleh
dikatakan konstan dari tahun ke tahun, kecuali pada beberapa sekolah/madrasah
dengan jumlah yang relatif sangat kecil.
Ada dua
faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan selama
ini kurang atau tidak berhasil.[1]
Pertama strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input
oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana
semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi
ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru
dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan
(sekolah/madrasah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu
sebagaimana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan
oleh teori education production function (Hanushek, 1979,1981) tidak berfungsi
sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah/madrasah), melainkan hanya terjadi
dalam institusi ekonomi dan industri.
Kedua,
pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh
jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan
di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya
di tingkat mikro (madrasah). Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa
kompleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat
terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.
Diskusi
tersebut memberikan pemahaman kepada kita bahwa pembangunan pendidikan bukan
hanya terfokus pada penyediaan faktor input pendidikan tetapi juga harus lebih
memperhatikan faktor proses pendidikan. Input pendidikan merupakan hal yang
mutlak harus ada dalam batas-batas tertentu tetapi tidak menjadi jaminan dapat
secara otomatis meningkatkan mutu pendidikan. Disamping itu mengingat
sekolah/madrasah sebagai unit pelaksana pendidikan formal terdepan dengan
berbagai keragaman potensi anak didik yang memerlukan layanan pendidikan yang
beragam, kondisi lingkungan yang berbeda satu dengan lainnya, maka
sekolah/madrasah harus dinamis dan kreatif dalam melaksanakan perannya untuk
mengupayakan peningkatan kualitas/mutu pendidikan. hal ini akan dapat
dilaksanakan jika sekolah/madrasah dengan berbagai keragamannya itu, diberikan
kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri sesuai dengan kondisi
lingkungan dan kebutuhan anak didiknya. Walaupun demikian, agar mutu tetap
terjaga dan agar proses peningkatan mutu tetap terkontrol, maka harus ada
standar yang diatur dan disepakati secara nasional untuk dijadikan indikator
evaluasi keberhasilan peningkatan mutu tersebut (adanya benchmarking).
Pemikiran ini telah mendorong munculnya pendekatan baru, yakni pengelolaan
peningkatan mutu pendidikan di masa mendatang harus berbasis sekolah/madrasah
sebagai institusi paling depan dalam kegiatan pendidikan.[2]
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Total Quality Management (TQM)?
2.
Apa persyaratan
implementasi Total Quality Management
(TQM)?
3.
Bagaimana strategi
implementasi Total Quality Management
(TQM)?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Total Quality Management (TQM)
Filosofi yang terkandung dalam TQM
adalah bahwasanya dalam setiap usaha, pemenuhan kebutuhan pelanggan dengan
sebaik mungkin adalah masalah yang sangat prima. Dengan demikian diperlukan pengelolaan
mutu (kualitas) secara total (terpadu).[1]
TQM berkaitan dengan penciptaan budaya kualitas
yang bertujuan agar karyawan dan staf dapat memuaskan konsumen sekaligus
didukung oleh struktur organisasi mereka dalam melakukan hal yang dimaksud (Ramdass
& Kruger, 2006:9). TQM dianggap sebagai suatu pendekatan dalam menjalankan
usaha yang mencoba untuk memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan
terusmenerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya (Tjiptono dan
Diana, 2000:4).[2]
TQM merupakan sistem manajemen mutu yang
berkaitan dengan upaya untuk terus meningkatkan mutu pendidikan dari berbagai
aspek secara berkelanjutan. Mutu pendidikan dapat diukur dari tercapainya
kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Sebagai institusi pelayanan jasa, pendidikan
perlu menciptakan budaya mutu untuk memenuhi harapan pelanggan yang cenderung
mengalami perubahan. TQM menekankan pada perbaikan yang berkelanjutan dan
berlandaskan kepuasan pelanggan sebagai sasaran utama yang perlu
diimplementasikan di berbagai lembaga pendidikan di Indonesia agar dapat
menjadi unggul dan memenangkan persaingan global.[3]
Menurut Shikawa dalam Fandi Tjiptono
dan Diana, TQM diartikan sebagai perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke
dalam falsafah holistic yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork,
produktivitas, dan pengertian serta kepuasan pelanggan. Sedangkan Santoso
menyatakan bahwa TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas
sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan
pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.[4]
Menurut Kid Sadgrove, Total Quality Management (TQM) dapat
didefinisikan dari tiga kata yang dimilikinya yaitu: Total (keseluruhan), Quality
(kualitas, derajat/tingkat keunggulan barang atau jasa), Management (tindakan, seni, cara menghendel, pengendalian,
pengarahan). Dari ketiga kata yang dimilikinya, definisi TQM adalah: “sistem
manajemen yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dengan kegiatan yang diupayakan benar sekali
(right first time), melalui perbaikan
berkesinambungan (continous improvement)
dan memotivasi karyawan“.[5]
Sallis
(2011:73) mendefiniskan TQM sebagai sebuah filosofi tentang perbaikan secara terusmenerus, yang dapat memberikan
seperangkat alat praktis kepada
setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan,
keinginan, dan harapan para pelanggannya, saat ini dan untuk
masa yang akan datang. TQM memberikan kesempatan bagi setiap orang di dalam
institusi pendidikan untuk melibatkan dirinya dalam melakukan peningkatan atau
perbaikan. Dalam pelaksanaanya TQM membutuhkan kerja tim yang efektif untuk
menghasilkan sebuah pelayanan yang maksimal.[6]
Tobin
mendefinisikan TQM sebagai usaha terintegrasi total untuk mendapatkan manfaat
kompetitif dengan cara secara terus-menerus memperbaiki setiap fase budaya
organisasional. Sedangkan Witcher
menekankan pada pentingnya aspek-aspek TQM menggunakan penjelasan berikut:
Total: Menandakan bahwa setiap orang dalam perusahaan harus
dilibatkan (bahkan mungkin pelanggan dan para pemasok), Quality: Mengindikasikan
bahwa keperluan-keperluan pelanggan sepenuhnya dipenuhi, dan Management: Menjelaskan
bahwa eksekutif senior pun harus komit secara penuh.
Feigenbaum
memberikan definisi yang lebih lengkap dari TQM: “sistem kualitas total
dijelaskan sebagai salah satu yang merangkum keseluruhan siklus kepuasan
pelanggan dari interpretasi keperluannya terutama pada tahap pemesanan, melalui
pasokan produk atau jasa dari harga ekonominya dan pada persepsinya dari produk
setelah dia telah menggunakannya sepanjang perioda waktu”.
Bennett
and Kerr mengatakan bahwa TQM adalah
konsep dan metode yang memerlukan komitmen dan keterlibatan pihak manajemen dan
seluruh organisasi dalam pengolahan perusahaan untuk memenuhi keinginan atau
kepuasan pelanggan secara konsisten. Dalam TQM tidak hanya pihak manajemen yang
bertanggungjawab dalam memenuhi keinginan pelanggan, tetapi juga peran secara
aktif seluruh anggota dalam organisasi untuk memperbaiki kualitas produk atau
jasa yang dihasilkannya.[7]
Penerapan Total Quality Manajemen (TQM) di
sekolah sangat tepat, karena Total Quality Manajemen (TQM) sebagai suatu
sistem, Total Quality Manajemen (TQM) tidak hanya mengurangi masalah
pendidikan, tetapi sekaligus sebagai model yang mengutamakan perbaikan
berkelanjutan, Total Quality Manajemen (TQM) menawarkan filosofi, metode, dan
strategi baru perbaikan mutu pendidikan. Melalui penerapan Total Quality
Manajemen (TQM) di institusi pendidikan diharapkan keterpurukan mutu pendidikan
Indonesia di kawasan Asia dapat ditingkatkan, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia di masa kini dan di masa yang
akan datang.[8]
B. Persyaratan Implementasi Total Quality Management (TQM)
Agar implementasi
program TQM berjalan sesuai dengan yang diharapkan diperlukan persyaratan
sebagai berikut:[9]
1.
Komitmen yang
tinggi (dukungan penuh) dari menejemen puncak.
2.
Mengalokasikan
waktu secara penuh untuk program TQM.
3.
Menyiapkan dana
dan mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas
4.
Memilih
koordinator (fasilitator) program TQM
5.
Melakukan
banchmarking pada perusahaan lain yang menerapkan TQM
6.
Merumuskan
nilai (value), visi (vision) dan misi (mission).
7.
Mempersiapkan
mental untuk menghadapi berbagai bentuk hambatan
8.
Merencanakan
mutasi program TQM.
C. Strategi Implementasi Total Quality Management (TQM)
Dalam rangka
mengimplementasikan konsep manajemen peningkatan mutu yang berbasis madrasah
ini, maka melalui partisipasi aktif dan dinamis dari orang tua, siswa, guru dan
staf lainnya termasuk institusi yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan
madrasah harus melakukan tahapan kegiatan sebagai berikut: [10]
1.
Penyusunan
basis data dan profil madrasah lebih presentatif, akurat, valid dan secara
sistimatis menyangkut berbagai aspek akademis, administratif (siswa, guru,
staf), dan keuangan.
2.
Melakukan
evaluasi diri (self assesment) utnuk
menganalisa kekuatan dan kelemahan mengenai sumber daya madrasah, personil
madrasah, kinerja dalam mengembangkan dan mencapai target kurikulum dan
hasil-hasil yang dicapai siswa berkaitan dengan aspek-aspek intelektual dan
keterampilan, maupun aspek lainnya.
3.
Berdasarkan
analisis tersebut madrasah harus mengidentifikasikan kebutuhan madrasah dan
merumuskan visi, misi, dan tujuan dalam rangka menyajikan pendidikan yang
berkualitas bagi siswanya sesuai dengan konsep pembangunan pendidikan nasional
yang akan dicapai. Hal penting yang perlu diperhatikan sehubungan dengan
identifikasi kebutuhan dan perumusan visi, misi dan tujuan adalah bagaimana
siswa belajar, penyediaan sumber daya dan pengeloaan kurikulum termasuk
indikator pencapaian peningkatan mutu tersebut.
4.
Berangkat dari
visi, misi dan tujuan peningkatan mutu tersebut madrasah bersama-sama dengan
masyarakatnya merencanakan dan menyusun program jangka panjang atau jangka
pendek (tahunan termasuk anggarannnya). Program tersebut memuat sejumlah
program aktivitas yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan nasional yang
telah ditetapkan dan harus memperhitungkan kunci pokok dari strategi
perencanaan tahun itu dan tahun-tahun yang akan datang. Perencanaan program
madrasah ini harus mencakup indikator atau target mutu apa yang akan dicapai
dalam tahun tersebut sebagai proses peningkatan mutu pendidikan.
5.
Prioritas
seringkali tidak dapat dicapai dalam rangka waktu satu tahun program madrasah,
oleh karena itu madrasah harus membuat strategi perencanaan dan pengembangan
jangka panjang melalui identifikasi kunci kebijakan dan prioritas. Perencanaan
jangka panjang ini dapat dinyatakan sebagai strategi pelaksanaan perencanaan
yang harus memenuhi tujuan esensial, yaitu : (a) mampu mengidentifikasi
perubahan pokok di madrasah sebagai hasil dari kontribusi berbagai program
sekolah/madrasah dalam periode satu tahun, dan (b) keberadaan dan kondisi
natural dari strategi perencanaan tersebut harus menyakinkan guru dan staf lain
yang berkepentingan (yang seringkali merasakan tertekan karena perubahan
tersebut dirasakan harus melaksanakan total dan segera) bahwa walaupun
perubahan besar diperlukan dan direncanakan sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran siswa, tetapi mereka disediakan waktu yang representatif untuk
melaksanakannya, sementara urutan dan logika pengembangan juga telah
disesuaikan.
6.
Melakukan
monitoring dan evaluasi untuk menyakinkan apakah program yang telah
direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan, apakah tujuan telah
tercapai, dan sejauh mana pencapaiannya. Karena fokus kita adalah mutu siswa,
maka kegiatan monitoring dan evaluasi harus memenuhi kebutuhan untuk mengetahui
proses dan hasil belajar siswa. Secara keseluruhan tujuan dan kegiatan
monitoring dan evaluasi ini adalah untuk meneliti efektifitas dan efisiensi
dari program sekolah/madrasah dan kebijakan yang terkait dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan. Seringkali evaluasi tidak selalu bermanfaat dalam
kasus-kasus tertentu, oleh karenanya selain hasil evaluasi juga diperlukan
informasi lain yang akan dipergunakan untuk pembuatan keputusan selanjutnya
dalam perencanaan dan pelaksanaan program di masa mendatang. Demikian aktifitas
tersebut terus menerus dilakukan sehingga merupakan suatu proses peningkatan
mutu yang berkelanjutan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
TQM adalah konsep dan metode yang memerlukan komitmen dan
keterlibatan pihak manajemen dan seluruh organisasi dalam pengolahan perusahaan
untuk memenuhi keinginan atau kepuasan pelanggan secara konsisten. Dalam TQM
tidak hanya pihak manajemen yang bertanggungjawab dalam memenuhi keinginan
pelanggan, tetapi juga peran secara aktif seluruh anggota dalam organisasi
untuk memperbaiki kualitas produk atau jasa yang dihasilkannya.
2.
Agar
implementasi program TQM berjalan sesuai dengan yang diharapkan diperlukan
persyaratan sebagai berikut: Komitmen yang tinggi (dukungan penuh) dari
menejemen puncak; mengalokasikan waktu secara penuh untuk program TQM;
menyiapkan dana dan mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas; memilih
koordinator (fasilitator) program TQM; melakukan banchmarking pada perusahaan
lain yang menerapkan TQM; merumuskan nilai (value), visi (vision) dan misi
(mission); mempersiapkan mental untuk menghadapi berbagai bentuk hambatan;
merencanakan mutasi program TQM..
3.
Dalam
rangka mengimplementasikan konsep manajemen peningkatan mutu yang berbasis
madrasah ini, maka melalui partisipasi aktif dan dinamis dari orang tua, siswa,
guru dan staf lainnya termasuk institusi yang memiliki kepedulian terhadap
pendidikan madrasah harus melakukan tahapan kegiatan sebagai berikut: Penyusunan basis data dan profil madrasah;
melakukan evaluasi diri (self assesment);
mengidentifikasikan kebutuhan madrasah; merencanakan dan menyusun program
jangka panjang atau jangka pendek; prioritas; dan melakukan monitoring dan
evaluasi.
B. Implikasi
Pembahasan
dan kesimpulan yang telah dirumuskan sebelumnya diharapkan dapat berimplikasi
positif dan berguna terhadap para pembaca dalam memahami tentang Implementasi
TQM di Madrasah. Terkhusus bagi para mahasiswa, penuntut ilmu yang sedang mengkaji tentang Manajemen
Mutu Pendidikan Islam.
DAFTAR
PUSTAKA
Umedi, Manajemen Mutu
Berbasis Sekolah/Madrasah, Jakarta: Pusat Kajian Mutu Pendidikan, 2004.
Fandy Tjiptono, Anastasia Diana, Total Quality Management, Ed. Revisi, Yogyakarta: Andi, 2003.
Zulian Yamit, Manajemen
Kualitas Produk dan Jasa, Yogyakarta: Adipura, 2001.
http://intanmutiah24.blogspot.com/2016/10/makalah-total-quality-management.html (Diakses 24 Desember 2019)
Soegito, Total Quality
Management, Semarang: UNNES, 2002.
Arsyad, Azhar, Pokok-Pokok
Manajemen: Pengetahuan Praktis Bagi Pimpinan dan Eksekutif Cet. III:
Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2012.
Achmad Supriyanto, “Implementasi Total Quality Management dalam Sistem Manajemen Mutu Pembelajran di
Institut Pendidikan”,Jurnal Cakrawala
Pendidikan, th. XXX, no. 1 (Februari 2011) , h. 18. https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/4188 (Diakses 02 Januari 2020)
Alfatur Rahman, “Implementasi Total Quality Management (TQM) di SD Al-Hikmah Surabaya”, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, vol.
3, no. 1 (Mei 2018), h. 113 http://ejournal.uin-suka.ac.id/tarbiyah/index.php/manageria/article/download/31-06/1415 (Diakses 02 Januari 2020)
Dedi Prestiadi, Wahyu Hardiyanto, Suwito Eko Pramono,
“Implementasi Total Quality Management
(TQM) dalam mencapai Kepuasan Kerja”, Jurnal
Education Management, vol. 4, no. 2 (2015), h. 108 https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eduman/article/view/9853/6338 (Diakses 02 Januari 2020)
Rosiana Harz, M. Rudi Irwansyah, Nunuk Ikhtiarini,
“Implementasi Total Quality Management
(TQM) dalam Meningkatkan Kualitas Output
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Seririt Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng
Tahun Pelajaran 2015/2016”, Jurnal
Pendidikan Ekonomi, vol. 4, no. 2 (Desember 2016), h. 43 https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/EKU/article/download/12791/8047 (Diakses 02 Januari 2020)
[1]Azhar Arsyad, Pokok-Pokok Manajemen: Pengetahuan Praktis
Bagi Pimpinan dan Eksekutif (Cet. III: Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2012),
h. 48
[2]Achmad Supriyanto,
“Implementasi Total Quality Management
dalam Sistem Manajemen Mutu Pembelajran di Institut Pendidikan”,Jurnal Cakrawala Pendidikan, th. XXX,
no. 1 (Februari 2011) , h. 18. https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/4188
(Diakses 02 Januari 2020)
[3]Alfatur Rahman,
“Implementasi Total Quality Management
(TQM) di SD Al-Hikmah Surabaya”, Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam, vol. 3, no. 1 (Mei 2018), h. 113 http://ejournal.uin-suka.ac.id/tarbiyah/index.php/manageria/article/download/31-06/1415
(Diakses 02 Januari 2020)
[4]Fandi Tjiptono, Anastasia
Diana, Total Quality Management, Ed
Revisi, (Yogyakarta: Andi, 2003), h.
4
[5]Ulian Yamit, Manajemen Kualitas Produk dan Jasa (Yogyakarta:
CV Adipura, 2001), h. 181
[6]Dedi Prestiadi, Wahyu
Hardiyanto, Suwito Eko Pramono, “Implementasi Total Quality Management (TQM) dalam mencapai Kepuasan Kerja”, Jurnal Education Management, vol. 4, no.
2 (2015), h. 108 https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eduman/article/view/9853/6338
(Diakses 02 Januari 2020)
[7]http://intanmutiah24.blogspot.com/2016/10/makalah-total-quality-management.html
(Diakses 24 Desember 2019)
[8]Rosiana Harz, M. Rudi
Irwansyah, Nunuk Ikhtiarini, “Implementasi Total
Quality Management (TQM) dalam Meningkatkan Kualitas Output Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Seririt Kecamatan Seririt,
Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016”, Jurnal Pendidikan Ekonomi, vol. 4, no. 2 (Desember 2016), h. 43 https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/EKU/article/download/12791/8047
(Diakses 02 Januari 2020)
[9]Zulian
Yamit, Manajemen Kualitas Produk dan Jasa,
h. 186.
[10]Soegito,
Total Quality Management (Semarang:
UNNES, 2002), h. 14.
[1]Umedi,
Manajemen Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah
(Jakarta: Pusat Kajian Mutu Pendidikan, 2004)
[2]Fandy
Tjiptono, Anastasia Diana, Total Quality
Management, Ed. Revisi, (Yogyakarta: Andi, 2003), h. 3.

