KOMUNIKASI DALAM HUMAS
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah
Satu Tugas Pada Mata Kuliah Manajemen Humas Pada Jurusan Tarbiyah Program Studi Manajemen Pendidikan
Islam Kelompok 3 (tiga) Semester V
Oleh:
KELOMPOK 4
A.Nurul Ikhsana
Muchtar
Kiki Reskyana Syam
Hasnidar
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
WATAMPONE
2016
KATA PENGANTAR
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Segala puji dan syukur senantiasa pemakalah panjatkan kehadirat Allah
SWT . karena berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga makalah
Pelaksanaan
Pendidikan Islam Pada Masa Awal Kemerdekaan RI ini dapat
terselesaikan. Salawat dan salam penulis kirimkan atas junjungan Nabi Muhammad SAW dan kepada keluarga beliau,
sahabat, tabi’-tabi’in yang telah memperjuangkan agama Islam.
Bersama
dengan ini, pemakalah mengucapkan terima kasih pula kepada :
1. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa
berdoa dan mendidik serta mengarahkan mulai dari kecil hingga menjalani studi
di Perguruan Tinggi.
2. Selaku dosen mata kuliah
Manajemen Humas yang senantiasa
meluangkan waktunya mendidik kami .
Kritik,
saran dan bantuan untuk penulisan makalah ini telah diperoleh dari segala aspek
. Namun, pemakalah tetap menyadari kemungkinan adanya kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Karena itu, untuk kesempurnaan penulisan makalah
selanjutnya, pemakalah mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
dari para pembaca.
Ucapan
terima kasih kepada para pembaca dan penulis berharap makalah ini ada
manfaatnya bagi para pembaca.
|
ii
|
DAFTAR
ISI
HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Teori-teori Komunikasi 3
B. Implementasi
Komunikasi Persuasif Dan Komunikasi Koersif Dalam Hubungan Masyarakat
6
C.
Komunikasi Paradigmatik dalam konsep Hubungan Masyarakat 10
D.
Teori Komunikasi Efektif Untuk Membangun Citra Lembaga 11
BAB III PENUTUP 12
A. Simpulan 12
B. Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 14
|
iii
|
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari kegiatan komunikasi.
Dalam bukunya psikologi komunikasi, Jalaluddin Rahmad menyebutkan waktu bangun
manusia dihabiskan oleh kegiatan komunikasi. Komunikasi manusia berlangsung di
sekolah, di rumah, di masjid, di terminal, di pasar, di rumah sakit, di kantor
kecamatan, di dapur, bahkan di depan televisi.
Teori komunikasi yang paling terkenal dan paling banyak dipakai
mahasiswa dan dosen disiplin ilmu komunikasi adalah karya Harold lasswell.
Dalam teorinya, Laswell mengungkapkan bahwa: comunicatian is who say what in
which channel to whom in what effect. Yang artinya komunikasi adalah siapa
berkata apa kepada siapa dengan media apa dengan timbal balik apa.
Proses komunikasi pada prinsipnya meliputi pengiriman dan
penerimaan pesan-pesan di antara dua orang, kelompok kecil masyarakat, atau
dalam satu lingkungan atau lebih dengan tujuan untuk mempengaruhi perilaku
dalam suatu masyarakat. Dengan bahasa yang lebih sederhana, proses komunikasi
dapat diartikan sebagai “transfer informasi” atau pesan-pesan (messages) dari
pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan sebagai komunikan,
dalam proses komunikasi tersebut bertujuan (feedback) untuk mencapai saling
pengertian (mutual understanding) antara kedua belah pihak.
Komunikasi memiliki hubungan yang sangat erat dengan kehumasan dan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kehumasan bertujuan untuk mennciptakan komunikasi dua arah atau timbal balik, memecahkan konflik kepentingan, dan menciptakan pengertian berdasarkan kebenaran, pengetahuan, dan informasi yang lengkap. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa humas merupakan suatu proses komunikasi, namun tidak semua proses komunikasi adalah humas.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
teori-teori dalam komunikasi?
2.
Bagaimana
implementasi komunikasi persuasif dan komunikasi koersif dalam Hubungan Masyarakat?
3.
Bagaimana
komunikasi paradigmatik dalam konsep Hubungan Masyarakat?
4.
Bagaimana
teori komunikasi efektif untuk membangun citra lembaga?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui teori-teori komunikasi.
2.
Untuk
mengetahui implementasi komunikasi persuasif dan komunikasi koersif dalam Hubungan Masyarakat.
3.
Untuk
mengetahui komunikasi paradigmatik dalam konsep Hubungan Masyarakat.
4.
Untuk
mengetahui teori komunikasi efektif untuk membangun citra lembaga.
PEMBAHASAN
A.
Teori-teori Komunikasi
1.
Teori
Model Laswell
Salah
satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal adalah Harold
Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang
sederhana dan sering dikutip banyak orang yakni: siapa (who), berbicara
apa (says what), dalam saluran yang mana (in which channel),
kepada siapa (to whom) daan pengaruh seperti apa (what that effect).
2.
Teori
Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi
Teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk
mengenai efek media massa dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini
dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulus bekerja dalam menghasilkan efek
media massa. Namun hasil penelitian menunjukkan sebaliknya. Efek media massa
ternyata rendah dan asumsi stimulus respon tidak cukup menggambarkan realitas
audience media massa dalam penyebaran arus informasi dan menentukan pendapat
umum.
3.
Teori
Informasi atau matematis
Salah satu teori klasik
yang sangat mempengaruhi teori-teori kamunikasi selanjutnya adalah teori
informasi atau teori matematis. Teori ini merupakan bentuk penjabaran dari
karya Claude Shannom dan Warren Weaver, Mathematical Theory of Communication.
Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis,
matematis, dan informative. Komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana
transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi. Ini merupakan salah satu
contoh gambaran dari mazhab proses yang mana melihat kode sebagai sarana untuk
mengontruksi pesan dan terjemahannya (encoding dan decoding).
4.
Teori
Pengharapan Nilai
Philip
Palmgreen berusaha mengatasi kurangnya unsur kelekatan yang ada di dalam teori uses
and gratification dengan menciptakan suatu teori yang disebutnya teori
pengharapan nilai.
5.
Teori
Ketergantungan
Teori ini tergantung media mula-mula
diutarakan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin Defleur. Sepertii teori uses and
gratifications, pendekatan ini juga menolak asumsi kausal dari awal hipotesis
penguatan. Untuk megatasi kelemahan ini, pengarang ini mengambil suatu
pendekatan system yang lebih jauh. Di dalam model mereka mengusulkan suatu
relasi yang bersifat integral antara pendengar, media dan sistem sosial yang
lebih besar.
Sejalan dengan apa yang dikatakan
oleh teori uses and grafications, teori ini memprediksikan bahwa khalayak
tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi
kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses
konsumsi media massa. Namun perlu digaris bawahi bahwa khalayak tidak memiliki
ketergantungan yang sama terhadap semua media.
Sumber ketergantungan yang kedua
adalah kondisi sosial. Model ini menunjukkan system media dan intitusi sosial
itu saling berhubungan dengan khalayak dalam menciptakan teori pengharapan
nilai. Dalam kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang anda cari dari media
ditentukan oleh sikap anda terhadap media, kepercayaan anda tentang apa yang
suatu medium dapat diberikan kepada anda dan evaluasi anda tentang bahan.
6.
Teori
Agenda Setting
Agenda setting diperkenalkan oleh
McCombs dan DL Shaw. Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan
pada suatu peristiwa, maka media itu Akan mempengaruhi khalayak untuk
mengangapnya penting. Jadi apa yang di anggap penting media, maka penting juga
bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat
kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan
perubahan sikap dan pendapat.
7.
Teori
Dependensi Efek Komunikasi Massa
Teori
ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. Defluer, yang
menfokuskan pada kondisi structural kecenderungan terjadinya suatu efek media
massa. Teori ini berangkat dari sifat masyarakat modern, dimana media massa
dianggap sebagai sistem informasi yang memiliki peran penting dalam proses
memelihara, perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat, kelompok, dan
individu dalam aktivitas sosial. Secara ringkas kajian terhadap efek tersebut
dapat dirumuskan sebagai berikut:
a.
Kognitif,
menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, agenda setting,
perluasan system keyainan masyarakat, penegasan/penjelasan nilai-nilai.
b.
Afektif,
menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau menurunkan dukungan
moral.
c.
Behavioral,
mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan, pembentukan isu tetrentu atau
penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktivitas
serta menyebabkan perilaku dermawan.
8.
Teori
Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan)
Teori
ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz. Teori ini
mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan
menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, menggunakan media adalah pihak
yang aktif dalam proses komunikasi.
9.
Teori
Spiral Keheningan
Teori
ini dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-Neuman, berkaitan dengan pertaanyaan
bagaimana terbentuknya pendapat umum. Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya
pendapat umum ditentukan oleh suatu proses saling mempengaruhi antara
komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu tentang
pendapatnya dalam hubungannya dengan pendapat orang-orang lain dalam
masyarakat.
10. Teori Konstruksi Sosial Media Massa
Gagasan awal dari teori ini adalah untuk mengoreki teori konstruksi
sosial atas realitas yang dibangun oleh Pater L Berrger dan Thomas Luckmann.
Mereka menulis tentang konstruksi sosial atas realitas sosial dibangun sevcara
simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan
internalisasi. Proses simultan ini terjadi antara individu satu dengan lainnya di
dalam masyarakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial tersebut
adalah objektif, subjektif, dan simbolis atau intersubjektif.
11. Teori Difusi Inovasi
Teori difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers
dan para koleganya. Rogers menyajikan deskripsi yang menarik mengenai
penyebaran dengan proses perubahan sosial, dimana terdiri dari menemuan, difusi
dan konsekuensi, perubahan seperti di atas dapat terjadi secara internal dari
dalam kelompok atau secara eksternal melalui kontak dengan agen-agen perubahan
dari dunia luar.
Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu
bertahun-tahun untuk dapat tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada realitasnya,
satu tujuan dari penelitian difusi adalah untuk menemukan sarana gunamemperpendek
keterlambatan ini.[1]
B.
Implementasi Komunikasi Persuasif Dan Komunikasi Koersif Dalam Hubungan Masyarakat
Istilah persuasi atau dalam bahasa inggris persuasion, yang secara
harfiah berarti hal membujuk, hal mengajak, atau meyakinkan. Kenneth E.Andersen
dalam bukunya introduction to communication theory and practice, membatasi
pengertian persuasi hanya pada komunikasi antar personal. Ia mengatakan bahwa
ada tiga pergeseran penekanan yang penting antara batasan persuasi dengan
komunikasi. Pertama, komunikasi didefinisikan sebagai upaya mempengaruhi kognisi , yakni menimbulkan dampak pada
kognisi itu. Kedua, penekanan pasa kesenjangan dan perubahan, yaitu menyebabkan
perubahan tanpa menggunakan paksaan. Dan pergeseran ketiga, menekankan dari
definisi persuasi adalah perubahan pada sikap atau kegiatan yang diinginkan
oleh komunikator. Demikian Kenneth E. Andersen yang selanjutnya menandaskan
bahwa secara esensial persuasi adalah clearlygoal directed behavior,
jelas-jelas diarahkan kepada perilaku tertentu.
Edwin P. Bettinghause dalam bukunya, persuasive communication,
menurut dia yang diubah dengan upaya secara sadar itu hanya perilaku. Hovland
dan Janis mengatakan bahwa efek persuasive dapat dilihat selalu dari asalnya,
yaitu dari perubahan sikap yang menuju perubahan opini, perubahan persepsi,
perubahan perasaan dan perubahan
tindakan.
Opini adalah evaluasi yang dinyatakan secara verbal mengenai suatu
objek, orang atau peristiwa. Pernyataan seperti : saya piker anjing itu hewan
yang setia adalah opini. Jadi perubahan opini adalah perubahan sikap dan nilai
yang bersifat verbal.
Jenis efek yang kedua dapat diakibatkan oleh komunikasi persuasif
adalah perubahan persepsi. Untuk menjelaskan efek perubahan persepsi ini dapat
ditampilkan contoh yang bagus setelah perang dunia II usai.
Mengenai perubahan perasaan, Hovland dan Janis mengakui bahwa hal
itu sukar dijelaskan. Perubahan ini berkenaan dengan keadaan emosional. Hanya
para ahli psikologi dengan peralatan di laboratorium yang dapat mendeteksi
perubahan perasaan seorang akibat suatu pesan komunikasi itu, misalnya
perubahan dalam detak jantung, tekanan darah, respons kulut dan kadar keringat.
Di luar laboratorium penelitian seperti itu, alat untuk mendeteksi perubahan
perasaan tidak Akan dijumpai.
Yang terakhir adalah perubahan tindakan, pada setiap perilaku, yang
tampak adalah perubahan tindakan, sebab seseorang yang sedang melakukan
kegiatan tertentu itu, dapat diobservasi. Perubahan tindakan adalah perubahan
perilaku secara fisik pada seseorang sebagai akibat dari pesan persuasive yang
diterimanya.
Jadi keempat jenis ditampilkan contoh yang bagus setelah perang
Dunia II usai.
Mengenai perubahan perasaan, Hovland dan Janis mengakui bahwa hal
itu sukar dijelaskan. Perubahan ini berkenaan dengan keadaan dan emosional.
Hanya para ahli psikologi dengan peralatan di laboratorium yang dapat
mendeteksi perubahan perasaan seorang akibat suatu pesan komunikasi itu,
misalnya perubahan dalam detak jantung, tekanan darah, respons kulut dan kadar
keringat. Di luar laboratorium penelitian seperti perubahan persepsi, perubahan
perasaan dan perubahan tindakan.
Opini adalah evaluasi yang dinyatakan secara verbal mengenai suatu
objek, orang atau peristiwa. Pernyataannya seperti : ‘saya pikir anjing itu
hewan yang setia’ adalah opini. Jadi perubahan opini adalah perubahan sikap dan
nilai yang bersifat verbal.
Jenis efek yang kedua dapat diakibatkan oleh komunikasi persuasif
adalah perubahan persepsi. Untuk menjelaskan efek perubahan persepsi ini dapat
ditampilkan contoh yang bagus setelah perang Dunia II usai.
Mengetahui perubahan perasan, Hovland dan Janis mengakui bahwa hal
itu sukar dijelaskan. Perubahan ini berkenaan dengan keadaan dan emosional.
Hanya para ahli psikologi dengan peralatan di laboratorium yang dapat mendeteksi
perubahan perasaan seorang akibat suatu pesan komunikasi itu, misalnya
perubahan dalam detak jantung, tekanan darah, respon kulit dan kadar keringat.
Di luar laboratorium penelitian seperti itu, alat untuk mendeteksi peubahan
perasaan tidak Akan di jumpai.
Yang terakhir adalah perubahan tindakan, pada setiap perilaku, yang
tampak adalah perubahan tindakan, sebab seseorang yang sedang melakukan
kegiatan tertentu itu, dapat diobservasi. Perubahan tindakan adalah perubahan
perilaku secara fisik pada seseorang sebagai akibat dari pesan persuasif yang
diterimanya. Jadi, keempat jenis perubahan itu, yakni perubahan opini,
perubahan persepsi, perubahann perasaan dan perubahan perilaku, yang dapat di
amati, kesemuanya bersumber pada sikap.
Bagi kegiatan humas, komunikasi persuasive ini jelas amat penting
sebab, sebagaimana dikatakan di muka, fungsi sentral humas adalah mendukung
manajemen dalam upaya mengerahkan dan mengarahkan manusia-manusia kepada
tercapainya tujuan yang ditetapkan organisasi.
Istilah koersif atau dalam bahasa inggris coercion, berasal
dari bahasa latin coercion yang harafiah berarti “pengekangan”, dan secara
maknawiyak berarti “upaya mencapai suatu tujuan dengan menggunakan kekuatan”.
Dalam prakteknya untuk mencapai tujuan itu dilakukan kegiatan dalam bentuk
sanksi, ancaman, intimidasi, pemerasan, terror dan lain-lain, sehingga orang
yang dijadikan sasaran merasa terpaksa, cemas, takut dan sebagainya.
Jadi, persamaan komunikasi persuasif dengan komunikasi koersif
adalah dalam tujuannya, sama-sama mengubah sikap, opini, ata perilaku.
Perbedaannya adalah dalam gayanya, jika komunikasi persuasif dilakukan secara
psikologis yang mengandung ajakan, bujukan, rayuan, komunikasi koersif
dilakukan secara imperative yang mengandung sanksi, ancaman, kekhawatiran dan
ketakutan.
Bagi para kahumas, komunikasi koersif ini perlu mendapat perhatian
yang seksama karena adakalanya konsekuensi yang tibul bukan hanya rasa tidak
senang, tetapi dapat meningkatkan ke rasa permusuhan, bahkan dendam kesumat.
Dari paparan mengenai persuasif dan koersi ini jelas kiranya bahwa
tugas kahumas ialah melakukan persuasi, antara lain terhadap para karyawan yang
tidak berperilaku sesuai dengan peraturan organisasi yang ditetapkan. Mereka
diajak, dihimbau, atau dibujuk untuk taat kepada peraturan. Ini berarti bahwa
perilaku individual diarahkan sehingga sesuai, selaras, dan serasi dengan
perilaku organisasi.[2]
C.
Komunikasi Paradigmatik dalam konsep Hubungan Masyarakat
Komunikasi paradigmatik adalah komunikasi yang berlangsung menurut
suatu pola dan mempunyai suatu tujuan tertentu. Seperti ceramah, kuliah,
negoisasi dan lain-lain. Tujuan komunikasi bermula timbul pada seseorang yang
akan mengemukakan pikiran atau perasaannya, yakni agar terjadi perubahan sikap
terhadap orang yang dilibatkannya. Dalam konsep hubungan masyarakat hal ini
dapat berlaku dimana saat orang sedang bekerja, guru mengajar, konselor
memberikan bimbingan. Sehingga untuk meraih hasil yang maksimal dalam proses
komunikasi baik hubungan dengan masyarakat, instansi, atau pribadi seorang
komunikator perlu memahami beberapa paradigmatik perubahan sikap seperti:
1.
Pola
kognitif, bersangkutan dengan informasi atau pengetahuan.
2.
Pola
afektif, berkaitan dengan perasaan.
3.
Pola
konatif atau behavioral, berhubungan dengan tindakan atau kegiatan.
Contoh: pada suatu hari sebuah media cetak SUARA MERDEKA di
semarang, memberitakan seorang wanita yang menderita tumor menahun, sebagai
bahan pendukung redaksi menampilkan foto penderita yang tampak perutnya besar
(bukan hamil lo) dan terlena diatas tempat tidur.
Dalam hubungan masyarakat contoh di atas Akan menimbulkan berbagai
efek, apabila masyarakat membaca masyarakat berita tersebut dari awal sampai
akhir dan menjadi tahu serta mengerti,
maka yang timbul efek kognitif. Tetapi apabila pembaca selain mengetahui, juga
merasa terenyuh hatinya, merasa iba, maka dalam hal ini yang muncul efek
afektif. Kemudian bila mana pembaca tadi mendatangi redaksi yang memberitakan
peristiwa tersebut, lalu menyerahkan uang dengan permintaan agar disampaikan
kepada sipenderita maka yang muncul pada pembaca tersebut adalah efek konatif.
Contoh rumusan tersebut mengandung upaya terjadinya arus balik tanggapan dari
komunikan kepada komunikator.[3]
D.
Teori Komunikasi Efektif Untuk Membangun Citra Lembaga
Mengutip definisi PR dari Scott Cutip dan Allan Center, definisi PR
adalah upaya terencana guna memengaruhi opini publik melalui karakter yang baik
dan kinerja yang bertanggung jawab, yang didasarkan pada komunikasi dua arah
yang memuaskan kedua belah pihak. Komunikasi yang dijalankan oleh public
relation merupakan komunikasi yang bersifat timbal balik (two way
communications) sebab tujuan dari public relation adalah menciptakan dan
meningkatkan citra yang baik dari organisasi kepada publik yang berkepentingan.
Dalam keterkaitannya dengan pembangunan citra, public relations
merupakan salah satu fungsi manajemen modern yang mempunyai fungsi melekat pada manajemen perusahaan (corporate
management function), yakni bagaimana berperan dalam melakukan komunikasi
timbal balik (two ways communications) untuk tujuan menciptakan saling
pengertian (mutual understanding), saling menghargai (mutual
appreciation), saling mempercayai (mutual confidence), menciptakan goodwill,
memperoleh dukungan publik dan sebagainya demi tercapainya citra yang positif
bagi suatu lembaga/perusahaan (corporate image). Jadi, komunikasi dua
arah yang dilakukan oleh perusahaan terhadap publiknya guna menciptakan citra
yang positif bagi perusahaan itu sendiri.[4]
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Teori-toeri komunikasi antara lain Teori Model Laswell, Teori
Konstruksi Sosial Media Massa, Teori Spiral Keheningan, Teori Uses and
Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan),
Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa, Teori Agenda Setting, Teori
Ketergantungan,Teori Pengharapan Nilai, Teori Informasi atau matematis, teori
dua tahap dan pengaruh antar pribadi, Teori Difusi Inovasi.
2. Mengenai persuasif dan koersi ini jelas kiranya bahwa tugas kahumas
ialah melakukan persuasi, antara lain terhadap para karyawan yang tidak
berperilaku sesuai dengan peraturan organisasi yang ditetapkan. Mereka diajak,
dihimbau, atau dibujuk untuk taat kepada peraturan. Ini berarti bahwa perilaku
individual diarahkan sehingga sesuai, selaras, dan serasi dengan perilaku
organisasi.
3. Komunikasi paradigmatik adalah komunikasi yang berlangsung menurut
suatu pola dan mempunyai suatu tujuan tertentu. Seperti ceramah, kuliah,
negoisasi dan lain-lain. Tujuan komunikasi bermula timbul pada seseorang yang
akan mengemukakan pikiran atau perasaannya, yakni agar terjadi perubahan sikap
terhadap orang yang dilibatkannya
4.
Komunikasi
yang dijalankan oleh public relation merupakan komunikasi yang bersifat timbal
balik (two way communications) sebab tujuan dari public relation adalah
menciptakan dan meningkatkan citra yang baik dari organisasi kepada publik yang
berkepentingan.
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Affan Putra,
http://m.kompasiana.com
Http://jurusankomunikasi.blogspot.co.id
