Selasa, 20 Juni 2017

KOMUNIKASI DALAM HUMAS



KOMUNIKASI DALAM HUMAS
 




Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Manajemen Humas Pada Jurusan Tarbiyah Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Kelompok 3 (tiga) Semester V



Oleh:
KELOMPOK 4
A.Nurul Ikhsana
Muchtar
Kiki Reskyana Syam
Hasnidar




SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
WATAMPONE
 2016





KATA PENGANTAR
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Segala puji dan syukur senantiasa pemakalah panjatkan kehadirat Allah SWT . karena berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga makalah Pelaksanaan Pendidikan Islam Pada Masa Awal Kemerdekaan RI ini dapat terselesaikan. Salawat dan salam penulis kirimkan atas junjungan Nabi Muhammad SAW dan kepada keluarga beliau, sahabat, tabi’-tabi’in yang telah memperjuangkan agama Islam.
Bersama dengan ini, pemakalah mengucapkan terima kasih pula kepada :
1.      Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa berdoa dan mendidik serta mengarahkan mulai dari kecil hingga menjalani studi di  Perguruan Tinggi.
2.      Selaku dosen mata kuliah Manajemen Humas yang senantiasa meluangkan waktunya mendidik kami .
Kritik, saran dan bantuan untuk penulisan makalah ini telah diperoleh dari segala aspek . Namun, pemakalah tetap menyadari kemungkinan adanya kekurangan dalam penulisan makalah ini. Karena itu, untuk kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya, pemakalah mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca. 
Ucapan terima kasih kepada para pembaca dan penulis berharap makalah ini ada manfaatnya bagi para pembaca.









ii
 
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL                                                                                        i
KATA PENGANTAR                                                                                        ii
DAFTAR ISI                                                                                                        iii
BAB I   PENDAHULUAN                                                                                 1  
A.  Latar Belakang                                                                                    1
B.  Rumusan Masalah                                                                               1
C.  Tujuan Masalah                                                                                   2
BAB II  PEMBAHASAN                                                                                    3
A.  Teori-teori Komunikasi                                                                     3
B.  Implementasi Komunikasi Persuasif Dan Komunikasi Koersif  Dalam  Hubungan Masyarakat                                                        6
C.  Komunikasi Paradigmatik dalam konsep Hubungan Masyarakat   10
D.    Teori Komunikasi Efektif Untuk Membangun Citra Lembaga     11  
BAB III                                                                                                                PENUTUP           12
A.  Simpulan                                                                                          12
B.  Saran                                                                                                12
DAFTAR PUSTAKA                                                                                        14

iii
 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari kegiatan komunikasi. Dalam bukunya psikologi komunikasi, Jalaluddin Rahmad menyebutkan waktu bangun manusia dihabiskan oleh kegiatan komunikasi. Komunikasi manusia berlangsung di sekolah, di rumah, di masjid, di terminal, di pasar, di rumah sakit, di kantor kecamatan, di dapur, bahkan di depan televisi.
Teori komunikasi yang paling terkenal dan paling banyak dipakai mahasiswa dan dosen disiplin ilmu komunikasi adalah karya Harold lasswell. Dalam teorinya, Laswell mengungkapkan bahwa: comunicatian is who say what in which channel to whom in what effect. Yang artinya komunikasi adalah siapa berkata apa kepada siapa dengan media apa dengan timbal balik apa.
Proses komunikasi pada prinsipnya meliputi pengiriman dan penerimaan pesan-pesan di antara dua orang, kelompok kecil masyarakat, atau dalam satu lingkungan atau lebih dengan tujuan untuk mempengaruhi perilaku dalam suatu masyarakat. Dengan bahasa yang lebih sederhana, proses komunikasi dapat diartikan sebagai “transfer informasi” atau pesan-pesan (messages) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan sebagai komunikan, dalam proses komunikasi tersebut bertujuan (feedback) untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) antara kedua belah pihak.

Komunikasi memiliki hubungan yang sangat erat dengan kehumasan dan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kehumasan bertujuan untuk mennciptakan komunikasi dua arah atau timbal balik, memecahkan konflik kepentingan, dan menciptakan pengertian berdasarkan kebenaran, pengetahuan, dan informasi yang lengkap. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa humas merupakan suatu proses komunikasi, namun tidak semua proses komunikasi adalah humas.
B.     Rumusan Masalah
1.   Bagaimana teori-teori dalam komunikasi?
2.   Bagaimana implementasi komunikasi persuasif dan komunikasi koersif dalam  Hubungan Masyarakat?
3.   Bagaimana komunikasi paradigmatik dalam konsep Hubungan Masyarakat?
4.   Bagaimana teori komunikasi efektif untuk membangun citra lembaga?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui teori-teori komunikasi.
2.      Untuk mengetahui implementasi komunikasi persuasif dan komunikasi koersif dalam  Hubungan Masyarakat.
3.      Untuk mengetahui komunikasi paradigmatik dalam konsep Hubungan Masyarakat.
4.      Untuk mengetahui teori komunikasi efektif untuk membangun citra lembaga.











BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teori-teori Komunikasi
1.   Teori Model Laswell
Salah satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal adalah Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan sering dikutip banyak orang yakni: siapa (who), berbicara apa (says what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom) daan pengaruh seperti apa (what that effect).
2.   Teori Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi
Teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk mengenai efek media massa dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulus bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian menunjukkan sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah dan asumsi stimulus respon tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran arus informasi dan menentukan pendapat umum.
3.   Teori Informasi atau matematis
   Salah satu teori klasik yang sangat mempengaruhi teori-teori kamunikasi selanjutnya adalah teori informasi atau teori matematis. Teori ini merupakan bentuk penjabaran dari karya Claude Shannom dan Warren Weaver, Mathematical Theory of Communication.
Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informative. Komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi. Ini merupakan salah satu contoh gambaran dari mazhab proses yang mana melihat kode sebagai sarana untuk mengontruksi pesan dan terjemahannya (encoding dan decoding).



 
4.   Teori Pengharapan Nilai
Philip Palmgreen berusaha mengatasi kurangnya unsur kelekatan yang ada di dalam teori uses and gratification dengan menciptakan suatu teori yang disebutnya teori pengharapan nilai.
5.   Teori Ketergantungan
            Teori ini tergantung media mula-mula diutarakan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin Defleur. Sepertii teori uses and gratifications, pendekatan ini juga menolak asumsi kausal dari awal hipotesis penguatan. Untuk megatasi kelemahan ini, pengarang ini mengambil suatu pendekatan system yang lebih jauh. Di dalam model mereka mengusulkan suatu relasi yang bersifat integral antara pendengar, media dan sistem sosial yang lebih besar.
            Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh teori uses and grafications, teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun perlu digaris bawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media.
            Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini menunjukkan system media dan intitusi sosial itu saling berhubungan dengan khalayak dalam menciptakan teori pengharapan nilai. Dalam kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang anda cari dari media ditentukan oleh sikap anda terhadap media, kepercayaan anda tentang apa yang suatu medium dapat diberikan kepada anda dan evaluasi anda tentang bahan.
6.   Teori Agenda Setting
            Agenda setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw. Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu Akan mempengaruhi khalayak untuk mengangapnya penting. Jadi apa yang di anggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.
7.   Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa
Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. Defluer, yang menfokuskan pada kondisi structural kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini berangkat dari sifat masyarakat modern, dimana media massa dianggap sebagai sistem informasi yang memiliki peran penting dalam proses memelihara, perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat, kelompok, dan individu dalam aktivitas sosial. Secara ringkas kajian terhadap efek tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
a.       Kognitif, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, agenda setting, perluasan system keyainan masyarakat, penegasan/penjelasan nilai-nilai.
b.      Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau menurunkan dukungan moral.
c.       Behavioral, mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan, pembentukan isu tetrentu atau penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktivitas serta menyebabkan perilaku dermawan.
8.   Teori Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan)
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz. Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, menggunakan media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi.
9.   Teori Spiral Keheningan
Teori ini dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-Neuman, berkaitan dengan pertaanyaan bagaimana terbentuknya pendapat umum. Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat umum ditentukan oleh suatu proses saling mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu tentang pendapatnya dalam hubungannya dengan pendapat orang-orang lain dalam masyarakat.
10.  Teori Konstruksi Sosial Media Massa
Gagasan awal dari teori ini adalah untuk mengoreki teori konstruksi sosial atas realitas yang dibangun oleh Pater L Berrger dan Thomas Luckmann. Mereka menulis tentang konstruksi sosial atas realitas sosial dibangun sevcara simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses simultan ini terjadi antara individu satu dengan lainnya di dalam masyarakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis atau intersubjektif.
11.  Teori Difusi Inovasi
Teori difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers dan para koleganya. Rogers menyajikan deskripsi yang menarik mengenai penyebaran dengan proses perubahan sosial, dimana terdiri dari menemuan, difusi dan konsekuensi, perubahan seperti di atas dapat terjadi secara internal dari dalam kelompok atau secara eksternal melalui kontak dengan agen-agen perubahan dari dunia luar.
Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dapat tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada realitasnya, satu tujuan dari penelitian difusi adalah untuk menemukan sarana gunamemperpendek keterlambatan ini.[1]
B.     Implementasi Komunikasi Persuasif Dan Komunikasi Koersif Dalam  Hubungan Masyarakat
     Istilah persuasi atau dalam bahasa inggris persuasion, yang secara harfiah berarti hal membujuk, hal mengajak, atau meyakinkan. Kenneth E.Andersen dalam bukunya introduction to communication theory and practice, membatasi pengertian persuasi hanya pada komunikasi antar personal. Ia mengatakan bahwa ada tiga pergeseran penekanan yang penting antara batasan persuasi dengan komunikasi. Pertama, komunikasi didefinisikan sebagai upaya mempengaruhi  kognisi , yakni menimbulkan dampak pada kognisi itu. Kedua, penekanan pasa kesenjangan dan perubahan, yaitu menyebabkan perubahan tanpa menggunakan paksaan. Dan pergeseran ketiga, menekankan dari definisi persuasi adalah perubahan pada sikap atau kegiatan yang diinginkan oleh komunikator. Demikian Kenneth E. Andersen yang selanjutnya menandaskan bahwa secara esensial persuasi adalah clearlygoal directed behavior, jelas-jelas diarahkan kepada perilaku tertentu.
Edwin P. Bettinghause dalam bukunya, persuasive communication, menurut dia yang diubah dengan upaya secara sadar itu hanya perilaku. Hovland dan Janis mengatakan bahwa efek persuasive dapat dilihat selalu dari asalnya, yaitu dari perubahan sikap yang menuju perubahan opini, perubahan persepsi, perubahan  perasaan dan perubahan tindakan.
Opini adalah evaluasi yang dinyatakan secara verbal mengenai suatu objek, orang atau peristiwa. Pernyataan seperti : saya piker anjing itu hewan yang setia adalah opini. Jadi perubahan opini adalah perubahan sikap dan nilai yang bersifat verbal.
Jenis efek yang kedua dapat diakibatkan oleh komunikasi persuasif adalah perubahan persepsi. Untuk menjelaskan efek perubahan persepsi ini dapat ditampilkan contoh yang bagus setelah perang dunia II usai.
Mengenai perubahan perasaan, Hovland dan Janis mengakui bahwa hal itu sukar dijelaskan. Perubahan ini berkenaan dengan keadaan emosional. Hanya para ahli psikologi dengan peralatan di laboratorium yang dapat mendeteksi perubahan perasaan seorang akibat suatu pesan komunikasi itu, misalnya perubahan dalam detak jantung, tekanan darah, respons kulut dan kadar keringat. Di luar laboratorium penelitian seperti itu, alat untuk mendeteksi perubahan perasaan tidak Akan dijumpai.
Yang terakhir adalah perubahan tindakan, pada setiap perilaku, yang tampak adalah perubahan tindakan, sebab seseorang yang sedang melakukan kegiatan tertentu itu, dapat diobservasi. Perubahan tindakan adalah perubahan perilaku secara fisik pada seseorang sebagai akibat dari pesan persuasive yang diterimanya.
Jadi keempat jenis ditampilkan contoh yang bagus setelah perang Dunia II usai.
Mengenai perubahan perasaan, Hovland dan Janis mengakui bahwa hal itu sukar dijelaskan. Perubahan ini berkenaan dengan keadaan dan emosional. Hanya para ahli psikologi dengan peralatan di laboratorium yang dapat mendeteksi perubahan perasaan seorang akibat suatu pesan komunikasi itu, misalnya perubahan dalam detak jantung, tekanan darah, respons kulut dan kadar keringat. Di luar laboratorium penelitian seperti perubahan persepsi, perubahan perasaan dan perubahan tindakan.
Opini adalah evaluasi yang dinyatakan secara verbal mengenai suatu objek, orang atau peristiwa. Pernyataannya seperti : ‘saya pikir anjing itu hewan yang setia’ adalah opini. Jadi perubahan opini adalah perubahan sikap dan nilai yang bersifat verbal.
Jenis efek yang kedua dapat diakibatkan oleh komunikasi persuasif adalah perubahan persepsi. Untuk menjelaskan efek perubahan persepsi ini dapat ditampilkan contoh yang bagus setelah perang Dunia II usai.
Mengetahui perubahan perasan, Hovland dan Janis mengakui bahwa hal itu sukar dijelaskan. Perubahan ini berkenaan dengan keadaan dan emosional. Hanya para ahli psikologi dengan peralatan di laboratorium yang dapat mendeteksi perubahan perasaan seorang akibat suatu pesan komunikasi itu, misalnya perubahan dalam detak jantung, tekanan darah, respon kulit dan kadar keringat. Di luar laboratorium penelitian seperti itu, alat untuk mendeteksi peubahan perasaan tidak Akan di jumpai.
Yang terakhir adalah perubahan tindakan, pada setiap perilaku, yang tampak adalah perubahan tindakan, sebab seseorang yang sedang melakukan kegiatan tertentu itu, dapat diobservasi. Perubahan tindakan adalah perubahan perilaku secara fisik pada seseorang sebagai akibat dari pesan persuasif yang diterimanya. Jadi, keempat jenis perubahan itu, yakni perubahan opini, perubahan persepsi, perubahann perasaan dan perubahan perilaku, yang dapat di amati, kesemuanya bersumber pada sikap.
Bagi kegiatan humas, komunikasi persuasive ini jelas amat penting sebab, sebagaimana dikatakan di muka, fungsi sentral humas adalah mendukung manajemen dalam upaya mengerahkan dan mengarahkan manusia-manusia kepada tercapainya tujuan yang ditetapkan organisasi.
Istilah koersif atau dalam bahasa inggris coercion, berasal dari bahasa latin coercion yang harafiah berarti “pengekangan”, dan secara maknawiyak berarti “upaya mencapai suatu tujuan dengan menggunakan kekuatan”. Dalam prakteknya untuk mencapai tujuan itu dilakukan kegiatan dalam bentuk sanksi, ancaman, intimidasi, pemerasan, terror dan lain-lain, sehingga orang yang dijadikan sasaran merasa terpaksa, cemas, takut dan sebagainya.
Jadi, persamaan komunikasi persuasif dengan komunikasi koersif adalah dalam tujuannya, sama-sama mengubah sikap, opini, ata perilaku. Perbedaannya adalah dalam gayanya, jika komunikasi persuasif dilakukan secara psikologis yang mengandung ajakan, bujukan, rayuan, komunikasi koersif dilakukan secara imperative yang mengandung sanksi, ancaman, kekhawatiran dan ketakutan.
Bagi para kahumas, komunikasi koersif ini perlu mendapat perhatian yang seksama karena adakalanya konsekuensi yang tibul bukan hanya rasa tidak senang, tetapi dapat meningkatkan ke rasa permusuhan, bahkan dendam kesumat.
Dari paparan mengenai persuasif dan koersi ini jelas kiranya bahwa tugas kahumas ialah melakukan persuasi, antara lain terhadap para karyawan yang tidak berperilaku sesuai dengan peraturan organisasi yang ditetapkan. Mereka diajak, dihimbau, atau dibujuk untuk taat kepada peraturan. Ini berarti bahwa perilaku individual diarahkan sehingga sesuai, selaras, dan serasi dengan perilaku organisasi.[2]

C.    Komunikasi Paradigmatik dalam konsep Hubungan Masyarakat
              Komunikasi paradigmatik adalah komunikasi yang berlangsung menurut suatu pola dan mempunyai suatu tujuan tertentu. Seperti ceramah, kuliah, negoisasi dan lain-lain. Tujuan komunikasi bermula timbul pada seseorang yang akan mengemukakan pikiran atau perasaannya, yakni agar terjadi perubahan sikap terhadap orang yang dilibatkannya. Dalam konsep hubungan masyarakat hal ini dapat berlaku dimana saat orang sedang bekerja, guru mengajar, konselor memberikan bimbingan. Sehingga untuk meraih hasil yang maksimal dalam proses komunikasi baik hubungan dengan masyarakat, instansi, atau pribadi seorang komunikator perlu memahami beberapa paradigmatik perubahan sikap seperti:
1.   Pola kognitif, bersangkutan dengan informasi atau pengetahuan.
2.   Pola afektif, berkaitan dengan perasaan.
3.   Pola konatif atau behavioral, berhubungan dengan tindakan atau kegiatan.
Contoh: pada suatu hari sebuah media cetak SUARA MERDEKA di semarang, memberitakan seorang wanita yang menderita tumor menahun, sebagai bahan pendukung redaksi menampilkan foto penderita yang tampak perutnya besar (bukan hamil lo) dan terlena diatas tempat tidur.
Dalam hubungan masyarakat contoh di atas Akan menimbulkan berbagai efek, apabila masyarakat membaca masyarakat berita tersebut dari awal sampai akhir dan menjadi tahu serta     mengerti, maka yang timbul efek kognitif. Tetapi apabila pembaca selain mengetahui, juga merasa terenyuh hatinya, merasa iba, maka dalam hal ini yang muncul efek afektif. Kemudian bila mana pembaca tadi mendatangi redaksi yang memberitakan peristiwa tersebut, lalu menyerahkan uang dengan permintaan agar disampaikan kepada sipenderita maka yang muncul pada pembaca tersebut adalah efek konatif. Contoh rumusan tersebut mengandung upaya terjadinya arus balik tanggapan dari komunikan kepada komunikator.[3]    


D.    Teori Komunikasi Efektif Untuk Membangun Citra Lembaga
Mengutip definisi PR dari Scott Cutip dan Allan Center, definisi PR adalah upaya terencana guna memengaruhi opini publik melalui karakter yang baik dan kinerja yang bertanggung jawab, yang didasarkan pada komunikasi dua arah yang memuaskan kedua belah pihak. Komunikasi yang dijalankan oleh public relation merupakan komunikasi yang bersifat timbal balik (two way communications) sebab tujuan dari public relation adalah menciptakan dan meningkatkan citra yang baik dari organisasi kepada publik yang berkepentingan.
Dalam keterkaitannya dengan pembangunan citra, public relations merupakan salah satu fungsi manajemen modern yang mempunyai fungsi melekat  pada manajemen perusahaan (corporate management function), yakni bagaimana berperan dalam melakukan komunikasi timbal balik (two ways communications) untuk tujuan menciptakan saling pengertian (mutual understanding), saling menghargai (mutual appreciation), saling mempercayai (mutual confidence), menciptakan goodwill, memperoleh dukungan publik dan sebagainya demi tercapainya citra yang positif bagi suatu lembaga/perusahaan (corporate image). Jadi, komunikasi dua arah yang dilakukan oleh perusahaan terhadap publiknya guna menciptakan citra yang positif bagi perusahaan itu sendiri.[4]






BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
1.      Teori-toeri komunikasi antara lain Teori Model Laswell, Teori Konstruksi Sosial Media Massa, Teori Spiral Keheningan, Teori Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan),  Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa, Teori Agenda Setting, Teori Ketergantungan,Teori Pengharapan Nilai, Teori Informasi atau matematis, teori dua tahap dan pengaruh antar pribadi, Teori Difusi Inovasi.
2.      Mengenai persuasif dan koersi ini jelas kiranya bahwa tugas kahumas ialah melakukan persuasi, antara lain terhadap para karyawan yang tidak berperilaku sesuai dengan peraturan organisasi yang ditetapkan. Mereka diajak, dihimbau, atau dibujuk untuk taat kepada peraturan. Ini berarti bahwa perilaku individual diarahkan sehingga sesuai, selaras, dan serasi dengan perilaku organisasi.
3.      Komunikasi paradigmatik adalah komunikasi yang berlangsung menurut suatu pola dan mempunyai suatu tujuan tertentu. Seperti ceramah, kuliah, negoisasi dan lain-lain. Tujuan komunikasi bermula timbul pada seseorang yang akan mengemukakan pikiran atau perasaannya, yakni agar terjadi perubahan sikap terhadap orang yang dilibatkannya
4.   Komunikasi yang dijalankan oleh public relation merupakan komunikasi yang bersifat timbal balik (two way communications) sebab tujuan dari public relation adalah menciptakan dan meningkatkan citra yang baik dari organisasi kepada publik yang berkepentingan.
B.     Saran
Text Box: 12Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan masukan kepada pembaca demi perbaikan penyusunan selanjutnya. Dan semoga dengan makalah ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya untuk membantu kelancaran dalam mengembangkan pendidikan.




























DAFTAR PUSTAKA
Affan Putra,  http://m.kompasiana.com
Http://jurusankomunikasi.blogspot.co.id



[1]Http://jurusankomunikasi.blogspot.co.id
[2]Ani, http://anivhabit.b;ogspot.co.id
[3]http://konselingpsikoterapi.blogspot.ac.id
[4] Affan Putra,  http://m.kompasiana.com

IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DI MADRASAH

  IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DI MADRASAH           Makalah Diajukan dan dipresentasikan pada Seminar Mata ...